12 Agustus 2010
Farid Wajidi Ibrahim
Berkorban Demi Pendidikan aceh
Nama Farid bagi civitas akademika IAIN Ar-Raniry seakan tidak pernah pudar, apalagi di fakultas Tarbiyah, sosok farid begitu populer dikalangan dosen dan karyawan serta mahasiswa, kepedulian dalam memajukan fakultas Tarbiyah menjadi modal untuk bisa meraih tiket kursi ke no 1 IAIN Ar-Raniry.
Farid terpilih menjadi Rektor ke 10 IAIN Ar-Raniry dari hasil rapat senat tertutup, mengantikan yusny saby yang sudah memasuki masa jabatannya.
saat dia memimpin Fakultas tarbiyah membedah fakultas sedemikian rupa sehingga kemajuan fakultas tarbiyah saat menonjol di bandingkan dengan fakultas lain yang ada di IAIN Ar-Raniry.
Ini suatu amanah yang harus saya jaga dengan baik, saya sangat ingin IAIN Ar-Raniry ini maju dan kompak selalu demi pendidikan anak cucu nantinya, kata Farid Wajdi Ibrahim, mengawali pembicaraan.
Pria kelahiran rukoh darussalam Banda Aceh tahun 1961 lalu, orang yang patut di banggakan oleh fakultas Tarbiyah, kegigihan dan ketekunannya dalam memimpin Tarbiyah, sangat pribiliyar sehingga ia memberikan keyakinan kepada anggota senat untuk maju menjadi Rektor IAIN Ar-Raniry Periode 2009-2013.
Terlihat sangat sederhana, santai dan enjoy sehingga banyak mahasiswa akrab bersamanya, tidak kecuali yang kuliah di IAIN Ar-Raniry saja, hampir seluruh penguruan tinggi yang dia ngajar menjadi akrab dengan mahasiswa.
Jhon Wahidi, salah satu alumni PT Al-wasliyah mengakui cara pendekatan yang dilakukan oleh sosok farid wajidi, semasa kami masih kuliah dulu dia sangat akrab dengan kami, kadang-kadang kami sering minum kopi bareng, sehingga kami bersemangat untuk bertatap muka dengannya, kenang Jhon Wahidi.
Hampir seluruh mahasiswa Penguruan Tinggi Al-wasliyah Aceh kenal dengan sosok Farid Wajdi Ibrahim, keramah tamahannya membuat kami semangat dan senang mendengar kalau dia mengajar di tempat kami. Papar Jhon Wahadi.
Segudang prestasi pria berkumis manis raih dalam usaha meningkatkan pendidikan di Aceh khususnya mendidik guru-guru yang terampil dalam membina siswa-siswa, diantaranya putra terbaik tingkat nasional tahun 2003, dosen teladan versi Depag 2006, tahun 2007 juga memperoleh penghargaan dari presiden Republik Indonesia yang di terima saat peringati hari amal bakti Departemen Agama di Biro Rektor IAIN Ar-Raniry, atas pengadian dan pengkorbanan selama ini.
Saya tidak menyangka saat terpilih menjadi putra terbaik nasional tahun 2003 dari yayasan anugerah Prestasi Jakarta, padahal masih banyak orang-orang lain yang lebih mantap dari saya, katanya seraya menunjukan piagam penghargaan yang ditempel di dinding Fakultas Tarbiyah.
“ini semua karena dukungan dan motivasi dari segenap pihak serta kerja keras sehingga saya memperoleh putra terbaik tingkat nasional, tanpa kerja keras pasti tidak akan mendapat penghargaan ini” renungnya.
Ayah dari 6 putra-putri ini, menambakan, Walau usia saya masih muda di bandingkan dengan dosen-dosen lain yang ada di IAIN Ar-Raniry, saya tetap ingin memberi kontribusi terhadap kemajuan pendidikan, katanya dengan nada senis.
Dia mengakui, selama kepemimpinannya kebijakan yang dia ambil mulanya banyak di tentang oleh semua elemen, ada yang menuduh saya korupsi dan juga menunding saya sebagai orang tak waras, namun lama-kelamaan mereka terima dengan ikhlas, setelah saya klafikasi lewat media kampus sumberpost, karena yang saya lakukan itu efesien dan belum orang lakukan. Ujar AktivisPD PII penguruan tinggi.
Firman Allah SWT, Allah tidak akan mengubah nasib satu kaum kecuali dianya berubah sendiri, nah dari itu saya mengambil kesimpulan kalau bukan kita yang melakukan siapa lagi, karena saya mempunyai kewenangan maka saya tidak menyia-siakan peluang in, setidaknya semasa kepemimpinan saya Tarbiyah ini semakin meningkat, imbuh suami Adzniar ini.
‘jika ingin lebih tahu banyak ada yang saya lakukan untuk kemajuan pendidikan Aceh melalui kampus IAIN ini, datang dan lihat saja sendiri hasilnya di laboratium kami, kami tidak pandai bersilat lidah, tapi kami sudah berbuat untuk suatu perubahan,” tantangnya.
Pengalaman menjadi pemimpin Fakultas menjadi modal utama maju sebagai calon rektor IAIN Ar-Raniry, walau sebenarnya saya belum ada niat maju menjadi orang no 1 di IAIN Ar-Raniry, saya lebih memfokoskan diri membenah tarbiyah yang lebih maju, namun karena desakan kawan-kawan dan dukungan yang datang terus mengalir, makanya saya maju menjadi calon, Alhamdulillah saya terpilih menjadi Rektor ke 10 IAIN Ar-Raniry ini. Ungkapnya.
Farid Wadji mengakui, saya sadar menjadi Rektor itu sangat susah, apalagi IAIN Ar-Raniry dituntut menjadi penguruan yang lebih maju dari sebelumnya, liat saja pembangunan IAIN Ar-Raniry hari ini, bukankah ini beban yang luar biasa kami kerjakan.
“makanya saya menyebutkan dalam visi dan misi saya program utama yang saya lakukan adalah membenah kampus menjadi kampus yang bagus, tantanan yang bagus, birokrasi yang mudah, penempatkan jabatan sesuai keahliannya.” Imbuhnya.
Farid bertekad menjadi kampus Ar-Raniry yang yang sehat, bersih, aman, nyaman, bersahabat dan islami di lingkungan kampus dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya manusia (SDM) IAIN Ar-Raniry dalam rangka percepatan pelaksanaan syari’at Islam dan peningkatan mutu pendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam dengan jalan menciptakan dan membina fasilitas dan system pendukung kehidupan akademik yang efektif, efisien, akuntabel dan berbasis TI.
Namun semua itu harus memiliki dukungan yang luas dari berbai kalangan sehingga dalam menjalankan program Visi dan Misinya nantinya tidak mendapatkan kendala, mudah-mudahan ini bisa di wujudkan dimasa saya menjadi Rektor. Ujarnya.
Tanpa dukungan dari arus bawah, niscaya apa yang kita cita-cita tidak akan berhasil, maka oleh karena itu saya selalu terjun kelapangan untuk melihat secara nyata apa telah dilakukan oleh bawahan saya, ini sebagai bentuk komitmen memajukan pendidikan di Aceh, paparnya.
IAIN Ar-Raniry hari ini sudah memasuki tahapan pembangunan, jadi saya lebih memfokuskan untuk mencari solusi dimana tempat yang layak belajar bagi mahasiswa dan kerja bagi karyawan IAIN Ar-Raniry sendiri.
“kami sedang memfokuskan kearah sana dulu, sambil melakukan konsultasi dengan pihak dekan yang ada di lingkungan IAIN Ar-Raniry. Ungkapnya sambil mengakhiri pembicaraan
Nama Farid bagi civitas akademika IAIN Ar-Raniry seakan tidak pernah pudar, apalagi di fakultas Tarbiyah, sosok farid begitu populer dikalangan dosen dan karyawan serta mahasiswa, kepedulian dalam memajukan fakultas Tarbiyah menjadi modal untuk bisa meraih tiket kursi ke no 1 IAIN Ar-Raniry.
Farid terpilih menjadi Rektor ke 10 IAIN Ar-Raniry dari hasil rapat senat tertutup, mengantikan yusny saby yang sudah memasuki masa jabatannya.
saat dia memimpin Fakultas tarbiyah membedah fakultas sedemikian rupa sehingga kemajuan fakultas tarbiyah saat menonjol di bandingkan dengan fakultas lain yang ada di IAIN Ar-Raniry.
Ini suatu amanah yang harus saya jaga dengan baik, saya sangat ingin IAIN Ar-Raniry ini maju dan kompak selalu demi pendidikan anak cucu nantinya, kata Farid Wajdi Ibrahim, mengawali pembicaraan.
Pria kelahiran rukoh darussalam Banda Aceh tahun 1961 lalu, orang yang patut di banggakan oleh fakultas Tarbiyah, kegigihan dan ketekunannya dalam memimpin Tarbiyah, sangat pribiliyar sehingga ia memberikan keyakinan kepada anggota senat untuk maju menjadi Rektor IAIN Ar-Raniry Periode 2009-2013.
Terlihat sangat sederhana, santai dan enjoy sehingga banyak mahasiswa akrab bersamanya, tidak kecuali yang kuliah di IAIN Ar-Raniry saja, hampir seluruh penguruan tinggi yang dia ngajar menjadi akrab dengan mahasiswa.
Jhon Wahidi, salah satu alumni PT Al-wasliyah mengakui cara pendekatan yang dilakukan oleh sosok farid wajidi, semasa kami masih kuliah dulu dia sangat akrab dengan kami, kadang-kadang kami sering minum kopi bareng, sehingga kami bersemangat untuk bertatap muka dengannya, kenang Jhon Wahidi.
Hampir seluruh mahasiswa Penguruan Tinggi Al-wasliyah Aceh kenal dengan sosok Farid Wajdi Ibrahim, keramah tamahannya membuat kami semangat dan senang mendengar kalau dia mengajar di tempat kami. Papar Jhon Wahadi.
Segudang prestasi pria berkumis manis raih dalam usaha meningkatkan pendidikan di Aceh khususnya mendidik guru-guru yang terampil dalam membina siswa-siswa, diantaranya putra terbaik tingkat nasional tahun 2003, dosen teladan versi Depag 2006, tahun 2007 juga memperoleh penghargaan dari presiden Republik Indonesia yang di terima saat peringati hari amal bakti Departemen Agama di Biro Rektor IAIN Ar-Raniry, atas pengadian dan pengkorbanan selama ini.
Saya tidak menyangka saat terpilih menjadi putra terbaik nasional tahun 2003 dari yayasan anugerah Prestasi Jakarta, padahal masih banyak orang-orang lain yang lebih mantap dari saya, katanya seraya menunjukan piagam penghargaan yang ditempel di dinding Fakultas Tarbiyah.
“ini semua karena dukungan dan motivasi dari segenap pihak serta kerja keras sehingga saya memperoleh putra terbaik tingkat nasional, tanpa kerja keras pasti tidak akan mendapat penghargaan ini” renungnya.
Ayah dari 6 putra-putri ini, menambakan, Walau usia saya masih muda di bandingkan dengan dosen-dosen lain yang ada di IAIN Ar-Raniry, saya tetap ingin memberi kontribusi terhadap kemajuan pendidikan, katanya dengan nada senis.
Dia mengakui, selama kepemimpinannya kebijakan yang dia ambil mulanya banyak di tentang oleh semua elemen, ada yang menuduh saya korupsi dan juga menunding saya sebagai orang tak waras, namun lama-kelamaan mereka terima dengan ikhlas, setelah saya klafikasi lewat media kampus sumberpost, karena yang saya lakukan itu efesien dan belum orang lakukan. Ujar AktivisPD PII penguruan tinggi.
Firman Allah SWT, Allah tidak akan mengubah nasib satu kaum kecuali dianya berubah sendiri, nah dari itu saya mengambil kesimpulan kalau bukan kita yang melakukan siapa lagi, karena saya mempunyai kewenangan maka saya tidak menyia-siakan peluang in, setidaknya semasa kepemimpinan saya Tarbiyah ini semakin meningkat, imbuh suami Adzniar ini.
‘jika ingin lebih tahu banyak ada yang saya lakukan untuk kemajuan pendidikan Aceh melalui kampus IAIN ini, datang dan lihat saja sendiri hasilnya di laboratium kami, kami tidak pandai bersilat lidah, tapi kami sudah berbuat untuk suatu perubahan,” tantangnya.
Pengalaman menjadi pemimpin Fakultas menjadi modal utama maju sebagai calon rektor IAIN Ar-Raniry, walau sebenarnya saya belum ada niat maju menjadi orang no 1 di IAIN Ar-Raniry, saya lebih memfokoskan diri membenah tarbiyah yang lebih maju, namun karena desakan kawan-kawan dan dukungan yang datang terus mengalir, makanya saya maju menjadi calon, Alhamdulillah saya terpilih menjadi Rektor ke 10 IAIN Ar-Raniry ini. Ungkapnya.
Farid Wadji mengakui, saya sadar menjadi Rektor itu sangat susah, apalagi IAIN Ar-Raniry dituntut menjadi penguruan yang lebih maju dari sebelumnya, liat saja pembangunan IAIN Ar-Raniry hari ini, bukankah ini beban yang luar biasa kami kerjakan.
“makanya saya menyebutkan dalam visi dan misi saya program utama yang saya lakukan adalah membenah kampus menjadi kampus yang bagus, tantanan yang bagus, birokrasi yang mudah, penempatkan jabatan sesuai keahliannya.” Imbuhnya.
Farid bertekad menjadi kampus Ar-Raniry yang yang sehat, bersih, aman, nyaman, bersahabat dan islami di lingkungan kampus dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya manusia (SDM) IAIN Ar-Raniry dalam rangka percepatan pelaksanaan syari’at Islam dan peningkatan mutu pendidikan di Nanggroe Aceh Darussalam dengan jalan menciptakan dan membina fasilitas dan system pendukung kehidupan akademik yang efektif, efisien, akuntabel dan berbasis TI.
Namun semua itu harus memiliki dukungan yang luas dari berbai kalangan sehingga dalam menjalankan program Visi dan Misinya nantinya tidak mendapatkan kendala, mudah-mudahan ini bisa di wujudkan dimasa saya menjadi Rektor. Ujarnya.
Tanpa dukungan dari arus bawah, niscaya apa yang kita cita-cita tidak akan berhasil, maka oleh karena itu saya selalu terjun kelapangan untuk melihat secara nyata apa telah dilakukan oleh bawahan saya, ini sebagai bentuk komitmen memajukan pendidikan di Aceh, paparnya.
IAIN Ar-Raniry hari ini sudah memasuki tahapan pembangunan, jadi saya lebih memfokuskan untuk mencari solusi dimana tempat yang layak belajar bagi mahasiswa dan kerja bagi karyawan IAIN Ar-Raniry sendiri.
“kami sedang memfokuskan kearah sana dulu, sambil melakukan konsultasi dengan pihak dekan yang ada di lingkungan IAIN Ar-Raniry. Ungkapnya sambil mengakhiri pembicaraan
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar