Browse » Home » » Lamban, Penanganan Lintas Jeuram-Takengon
30 April 2011
Lamban, Penanganan Lintas Jeuram-Takengon
* Kadis BMCK Aceh Kerahkan Tiga Alat Berat
JEURAM - Ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon yang putus total akibat longsor di kawasan Puncak Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, hingga Rabu (13/4) siang kemarin belum tertangani. Bongkahan batu besar yang runtuh dari tebing gunung pada Selasa (12/4) belum berhasil dipindahkan sehingga berdampak lumpuhnya mobilitas masyarakat.
Laporan terbaru yang diterima Serambi dari Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan menyebutkan, untuk mengatasi longsoran yang menutupi badan jalan Jeuram-Takengon, pihaknya telah memerintahkan seorang kontraktor untuk menangani persoalan tersebut. “Menurut laporan dari kontraktor tersebut kepada kami, ia telah mengirim tiga alat berat untuk membersihkan bongkahan batu gunung dan tanah liat yang menimbun badan jalan di kawasan Gunung Singgah Mata,” kata Muhyan Yunan yang dihubungi Serambi, Rabu (13/4) malam.
Muhyan juga mengatakan, jika masih diperlukan alat berat tambahan untuk mempercepat pembersihan tumpukan batu dan tanah yang menimbun badan jalan tersebut, pihaknya akan perintahkan lagi pengusaha tersebut (Haji Tito) untuk menambah dan mengirim ke sana agar arus transportasi barang dan masyarakat bisa segera normal.
Tanah longsor yang menimbun badan jalan Jeuram-Takengon itu, menurut Muhyan, paling cepat bisa disingkirkan dalam waktu tiga hari. Itu pun kalau di lokasi tersebut tidak hujan lagi. “Jika masih hujan, tiga alat berat yang telah dikirim ke sana, yaitu dua loader dan satu beko tidak bisa bekerja maksimal,” demikian Muhyan.
Dari Nagan Raya dilaporkan, akibat lambannya penanganan ruas jalan tersebut, ribuan masyarakat di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya, terkurung. Akses mereka ke ibu kota kabupaten di Jeuram tertutup. Kalau pun ada yang tetap nekat melintas, hanya sebatas sepeda motor dan pikap, itu pun harus berjibaku dalam kubangan lumpur.
Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Bina Marga Nagan Raya, Drs HT Narensyah MSi kepada Serambi, Rabu (13/4) mengatakan, longsor kali ini sangat parah karena bongkahan batu yang diperkirakan mencapai puluhan ton jatuh dan menutup badan jalan. “Kami belum berhasil memindahkannya,” kata Narensyah. “Kami sedang berupaya meminta bantuan alat berat milik perusahaan,” ujarnya.
Menurut Narensyah, Pemkab Nagan Raya sudah melaporkan masalah itu ke Pemerintah Aceh namun hingga Rabu (13/4) belum ada tanggapan. “Bupati Nagan Raya sudah menyurati Gubernur Aceh supaya segera mengatasi masalah ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon, karena menyangkut kepentingan banyak orang” ujar Narensyah.
Sejak putusnya hubungan ke Jeuram, masyarakat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang terpaksa ke Takengon untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti sembako. Jarak tempuh ke Takengon relatif lebih jauh jika dibandingkan ke Jeuram. “Potensi longsor masih tetap tinggi karena masih tingginya intensitas hujan,” kata seorang warga Beutong Ateuh.
Kejadian rutin
Kadis BMCK Aceh, Muhyan Yunan menjelaskan, longsor atau amblasnya badan jalan merupakan masalah rutin untuk ruas jalan baru maupun jalan lama yang berada di perbukitan/pegunungan. Ini disebabkan karena hujan deras atau akibat pengrusakan hutan.
Tanah longsor, kata Yunan sering terjadi di daerah yang kondisi lapisan tanahnya sangat gembur, kurang berbatuan, serta pupulasi pohonnya di pinggiran tebing banyak yang rusak akibat penebangan liar. “Ketika diguyur hujan, tanahnya tergerus sedangkan saat kemarau tanahnya terbelah-belah. Kondisi tanah yang terbelah-belah sangat rawan longsor,” ujar Muhyan Yunan.
Selain itu, lanjutnya, perubahan iklim global, volume hujan sudah melampui batas normal (anomali). Program pelarangan penebangan pohon yang dibuat Gubernur Aceh tiga tahun lalu adalah bagian dari usaha pencegahan terjadinya tanah longsor di perbukitan dan pegunungan seperti kawasan Singgah Mata, Kecamatan Beutong.
JEURAM - Ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon yang putus total akibat longsor di kawasan Puncak Singgah Mata, Kecamatan Beutong, Nagan Raya, hingga Rabu (13/4) siang kemarin belum tertangani. Bongkahan batu besar yang runtuh dari tebing gunung pada Selasa (12/4) belum berhasil dipindahkan sehingga berdampak lumpuhnya mobilitas masyarakat.
Laporan terbaru yang diterima Serambi dari Kepala Dinas Bina Marga dan Cipta Karya (BMCK) Aceh, Muhyan Yunan menyebutkan, untuk mengatasi longsoran yang menutupi badan jalan Jeuram-Takengon, pihaknya telah memerintahkan seorang kontraktor untuk menangani persoalan tersebut. “Menurut laporan dari kontraktor tersebut kepada kami, ia telah mengirim tiga alat berat untuk membersihkan bongkahan batu gunung dan tanah liat yang menimbun badan jalan di kawasan Gunung Singgah Mata,” kata Muhyan Yunan yang dihubungi Serambi, Rabu (13/4) malam.
Muhyan juga mengatakan, jika masih diperlukan alat berat tambahan untuk mempercepat pembersihan tumpukan batu dan tanah yang menimbun badan jalan tersebut, pihaknya akan perintahkan lagi pengusaha tersebut (Haji Tito) untuk menambah dan mengirim ke sana agar arus transportasi barang dan masyarakat bisa segera normal.
Tanah longsor yang menimbun badan jalan Jeuram-Takengon itu, menurut Muhyan, paling cepat bisa disingkirkan dalam waktu tiga hari. Itu pun kalau di lokasi tersebut tidak hujan lagi. “Jika masih hujan, tiga alat berat yang telah dikirim ke sana, yaitu dua loader dan satu beko tidak bisa bekerja maksimal,” demikian Muhyan.
Dari Nagan Raya dilaporkan, akibat lambannya penanganan ruas jalan tersebut, ribuan masyarakat di Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya, terkurung. Akses mereka ke ibu kota kabupaten di Jeuram tertutup. Kalau pun ada yang tetap nekat melintas, hanya sebatas sepeda motor dan pikap, itu pun harus berjibaku dalam kubangan lumpur.
Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Bina Marga Nagan Raya, Drs HT Narensyah MSi kepada Serambi, Rabu (13/4) mengatakan, longsor kali ini sangat parah karena bongkahan batu yang diperkirakan mencapai puluhan ton jatuh dan menutup badan jalan. “Kami belum berhasil memindahkannya,” kata Narensyah. “Kami sedang berupaya meminta bantuan alat berat milik perusahaan,” ujarnya.
Menurut Narensyah, Pemkab Nagan Raya sudah melaporkan masalah itu ke Pemerintah Aceh namun hingga Rabu (13/4) belum ada tanggapan. “Bupati Nagan Raya sudah menyurati Gubernur Aceh supaya segera mengatasi masalah ruas jalan provinsi lintas Jeuram-Takengon, karena menyangkut kepentingan banyak orang” ujar Narensyah.
Sejak putusnya hubungan ke Jeuram, masyarakat Kecamatan Beutong Ateuh Banggalang terpaksa ke Takengon untuk membeli kebutuhan sehari-hari seperti sembako. Jarak tempuh ke Takengon relatif lebih jauh jika dibandingkan ke Jeuram. “Potensi longsor masih tetap tinggi karena masih tingginya intensitas hujan,” kata seorang warga Beutong Ateuh.
Kejadian rutin
Kadis BMCK Aceh, Muhyan Yunan menjelaskan, longsor atau amblasnya badan jalan merupakan masalah rutin untuk ruas jalan baru maupun jalan lama yang berada di perbukitan/pegunungan. Ini disebabkan karena hujan deras atau akibat pengrusakan hutan.
Tanah longsor, kata Yunan sering terjadi di daerah yang kondisi lapisan tanahnya sangat gembur, kurang berbatuan, serta pupulasi pohonnya di pinggiran tebing banyak yang rusak akibat penebangan liar. “Ketika diguyur hujan, tanahnya tergerus sedangkan saat kemarau tanahnya terbelah-belah. Kondisi tanah yang terbelah-belah sangat rawan longsor,” ujar Muhyan Yunan.
Selain itu, lanjutnya, perubahan iklim global, volume hujan sudah melampui batas normal (anomali). Program pelarangan penebangan pohon yang dibuat Gubernur Aceh tiga tahun lalu adalah bagian dari usaha pencegahan terjadinya tanah longsor di perbukitan dan pegunungan seperti kawasan Singgah Mata, Kecamatan Beutong.
diposkan oleh:
catatan moeda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar